Pentas Seni Anak
Berkebutuhan Khusus Dalam Rangka
Memperingati Hari
Pendidikan Nasional
Pada
hari senin, tanggal 2 mei 2016 diadakannya pentas seni anak berkebutuhan khusus
yang dilaksanakan untuk memperingati hari Pendidikan Nasional, dimana di hadiri
oleh beberapa tamu penting seperti Bapak ketua DPRD kabupaten Subang, bapak
Presdir MTS Suai Auto, Ibu pengawas Dr. Hjh Nani, kepala sekolah SLB
sekabupaten Subang. Yang bertempat di jalan Perumnas Subang.
Pentas
seni yang diadakan ini menampilkan anak-anak berkebutuhan khusus dengan
berbagai keterampilan, seperti tari-tarian, galuraan, bernyanyi dan hasil karya
keterampilan tangan anak berkebutuhan khusus pun di perlihatkan dan dijual
dalam acara tersebut. Dengan adanya acara tersebut dapat disimpulkan bahwa
anak-anak yang berkebutuhan khusus juga memiliki hak yang sama dalam
pendidikan, dan setiap anak pastinya mempunyai keterampilan yang berbeda-beda, anak
yang berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda
dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidak mampuan mental, emosi , atau pisik.
Untuk
anak yang berkebutuhan khusus mereka mendapatkan sekolah yang khusus pula, Sekolah
Luar Biasa adalah sebuah lembaga pendidikan formal yang melayani pendidikan
bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Sebagai lembaga pendidikan SLB dibentuk
oleh banyak unsur yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan, yang proses intinya adalah pembelajaran bagi
peserta didik. Sekolah luar Biasa ini memiliki beberapa kelas atau golongan
seperti :
1. SLB
golongan A
Mempunyai karakteristik
tunanetra yang berbeda dalam pada segi pisik yaitu organ penglihatannya
gejalanya antaralain:
a. Mata
juling
b. Sering
berkedip
c. Menyipitkan
mata
d. Klopak
mata merah
e. Mata
infeksi
f. Gerakan mata tak beraturan dan cepat
g. Mata
selalu berair.
2. SLB
golongan B
Mempunyai karakteristik
tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik
permanen maupn tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkann tingkat
gangguan pendengaran adalah
a.
Gangguan penfengaran
sangat ringan (24-40 db)
b.
Ganguan pendengaran
ringan (41-55 db)
c.
Gangguan pendengaran
sedang (56-70 db)
d.
Gangguan pendengaran
berat (71-90 db)
e.
Gangguan pendengaran
extrem atau tuli (diatas 91 db)
3. SLB
golongan C
Merupakan klasifikasi
tunagrahita (Down syndrome) dalam
kehidupan sehari-hari kita membedakan kecerdasan anak menjadi sangat cedas, cerdas
biasa atau normal, bodoh, dan bodoh sekali. Para ahli dibidang psikologi
membedakan kecerdasan menjadi : Anak jenius, sangat cerdas, biasa, terbelakang
mental. Anak tunagrahita yang termasuk SLB kelas C adalah anak yang mempunyai
intelegensi 50-70. Anak ini dalam dunia pendidikan sering disebut anak mampu
didik. Adapun anak yang masuk SLB C1 adalah anak yang mempunyai inntelegensi
25-49 anak ini dalam dunia pendidikan adalah anak mampu latih.
4. SLB
golongan D
Mempunyai karakteristik
anak tunadaksa. Golongan ini diperuntukan untuk anak-anak cacat fisik (tunadaksa)
untuk mengetahui tingkat intelegensi anak tunadaksa dapat digunakn tes yang
dimodifkasi agar sesuai dengan anak tunadasa. tes tersebut antara lain
haussermen tes (untuk anak tunadasa ringan), Illinois tes (The
Psychoinguistis Ability), dan Peabody Picture Vocabulary test. Klasifikasi
tunadaksa antaralain:
a.
Anak polio anak polio
mempunyai intelegensi tinggi yaitu IQ 92
b.
Anak yang TBC tulang
rata-rata IQ 88
c.
Anak yang cacat
konginetal rata-rata IQ 61
d.
Anak yang sapstik
rata-rata IQ 69
e.
Anak cacat pada pusat
syaraf rata-rata IQ 74
5. SLB
golongan E
untuk anak tunalaras
adalah anak yang mengalami hambatan dan gangguan dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosial dan masyarakat, bertingkahlaku menyimpang dari norma-norma
dan adat yang berlaku di lingkungan kekluarga, sekolah, dan masyarakat. Adapun
ciri-ciri anak tunalaras adalah sebagi berikut
a. Gangguan
emosi dan gangguan sosial, tidak mau bergaul, dan menyendiri, kurang percaya
diri, tidak mempunyai inisiatif dan bertanggung jawab, agresif terhadap diri
sendiri, curiga, acuh tak acuk, banyak menghayal, memperlihatkan perbuatan
buruk.
b. Rasa
rendah diri yang berlebihan (terlalu mempersoalkan diri sendiri), sering minta
maaf, takut tampil dimuka umum, dan takut bicara, mengeluh dengan nasib malang
dan segan melakukan hal-hal baru atau yang mengungkap kekurangan, selalu ingin
sempurna, tidak puas dengan apa yang diperbuat.
c. Merendahkan
harga diri (murung), cepat merasa tersinggung, merasa tidak enak badan, sakit
buatan.
6. SLB golongan Autis
Dimana golongan ini
dikhususkan untuk anak-anak yang menyandang autis. (http://fitriafitri.weebly.com/sekolah-luar-biasa.html).
Dalam
acara pentas seni tersebut saya bersama rekan-rekan mewawancarai seorang guru
sekolah luar biasa, yang bernama ibu Okeu. Beliau mengatakan bahwa cara
mengajar untuk anak yang berkebutuhan khusus harus sesuai dengan anak autisnya,
anak autis bisa berbicara hanya tidak bisa berkomunikasi. Dan untuk anak yang
berkebutuhan khusus (Down syndrome)
sering disebut dengan anak 1000 wajah, dengan rata-rata IQ-nya 35-50. Down Syndrome itu ada beberapa tahap,
tahapan pertama disebut Debil ( mampu
didik), yang kedua Ambisi (latih),
yang ketiga atau Edition (mampu
rawat). Untuk guru SLB Subang berkisar 27 orang pengajarannya mengacu pada umum
tetapi disederhanakan, disesuaikan dengan kemampuan anak. Dan untuk
keterampilan mereka mempunyai kurikulum sendiri, pelayanannya individual dalam
menerangkan guru harus sendiri-sendiri menerapkannya. Untuk Down Syndrome / C1 / Grahita mempunyai
ciri-ciri seperti :
1. Dagu
pendek
2. Garis
tangannya dua
3. Tidak
mempunyai lengkungan antara leher dan kepala
4. Kepala
besar
5. Mata
beler
Down
Syndrome ini dapat dideteksi sejak dini.
Untuk
kualifikasi guru harus S1 sarjana dengan jurusan PLB, dalam segi pendidikan
hanya diatur oleh satu orang guru, dan saat pembelajaran agama pun guru
tersebut yang mengajarkannya, satu guru memegang tanggung jawab untuk satu
kelas. disana juga terdapat anak SMA yang paling banyak diajarkan
keterampilan-keterampilan yang sama dengan anak golongan C, dan tingkat
kesulitan yang paling berat saat mengajar diantara anak yang berkebutuhan
khusus adalah golongan C karena tingkat IQ-nya rendah. Untuk golongan C
keterampilan pertama yang diajarkan yaitu bisa menolong diri sendiri, agar
mereka bisa menolong diri sendiri maka bawalah anak tersebut ketempat umum dan
agar mereka bisa berkomunikasi dengan umum. Adapun faktor yang menyebabkan anak
tergolong dalam golongan C1 / grahita / down syndrome yaitu faktor gen dan kromosom,
untuk golongan ini mereka tidak dapat menjadi normal karena hanya memiliki satu
keterampilan, yaitu penambahan usia bukan penambahan IQ dan IQ-nya hanya 30-35
dan harus lebih ditingkatkan lagi keterampilannya. contohnya anak yang bernama
Lola yang berumur 6 tahun. Dan menurut teori anak yang mempunyai down syndrome
hanya berumur 30-35 dan kadang-kadang anak tersebut meninggal tidak sakit
terlebih dahulu tetapi langsung meninggal. Untuk golongan D IQ-nya tergantung
kepada anak tersebut contohnya tuna daksa dan adapun akibatnya dari virus
kucing. Di SLB daerah Subang juga terdapat anak yang mempunyai masalah
Disleksia, ada beberapa tahapan tergantung IQ untuk menolong anak disleksia. Cara
mengatasi anak yang disleksia ketika dalam pembelajaran dia mengamuk maka guru
harus menuruti dahulu apa yang diinginkannya, jika anak tersebut bosan maka
anak tersebuh dialihkan perhatiannya dalam pembelajaran. Anak disleksia dalam
mengingat membutuhkan waktu beberapa bulan karena mereka menyimpan di short
memori sehingga cepat sekali untuk lupa.Untuk anak autis terdapat kesamaan
dengan anak yang lainnya seperti terjadinya menstruasi, dll.
Anak
yang berketerbelakangan itu biasanya diakibatkan karena kawin sesusu, anak yang
berketerbelakangan dapat bertambah apabila :
1. Orangtuanya
tidak begitu memperhatikan anaknya,
2. Orang
tua yang lalai dalam perkembangan anak.
Untuk
anak yang masih TK terdapat 150 siswa dan mereka belajar sampai jam 10.00, dan
dalam satu kelas maksimal 5 orang. Dan sekarang sudah banyak orang tua yang memperhatikan
anaknya untuk sekolah berkebutuhan khusus.
Dari
wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa perbandingan antara sekolah umum dan
sekolah luar biasa adalah sebagai berikut:
1. Dalam
proses pembelajaran di sekolah umum biasanya guru mengajar 30 orang siswa
tetapi dalam sekolah luar biasa guru mengajar maksimal 5 orang siswa.
2. Dalam
proses pembelajaran guru di sekolah umum biasanya dapat memakai sistem
kooperatif learning atau pembelajaran berkelompok tetapi untuk siswa di sekolah
luar biasa tidak dapat memakai sistem kooperatif learning, siswa harus di latih
secara individual.
3. Dalam
pembelajaran di sekolah luar biasa, lebih banyak mengajarkan keterampilan pada
peserta didiknya.
4. Dalam
materi pembelajaran sama seperti halnya sekolah umum tetapi untuk sekolah luar
biasa lebih disederhanakan, agar anak dapat menyerap pembelajaran.
5. Dari
segi guru, untuk guru sekolah luar biasa
mereka harus mempunyai banyak keterampilan dan mereka harus benar-benar sabar
dalam mendidik, tidak hanya menyampaikan materi saja tetapi perhatian dan
pengertian yang lebih harus diberikan.
Sumber : http://fitriafitri.weebly.com/sekolah-luar-biasa.html