Friday 16 September 2016

cara pembelajaran efektif



Pengertian Pembelajaran Efektif

Efektif adalah perubahan yang membawa pengaruh, makna dan manfaat tertentu. Yusuf Hadi Miarso (1993) memandang bahwa pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang dapat menghasilkan belajar yang bermanfaat dan terfokus pada siswa (student centered) melalui penggunaan prosedur yang tepat. Definisi ini mengandung arti bahwa pembelajaran yang efektif terdapat dua hal yang penting, yaitu terjadinya belajar pada siswa dan apa yang dilakukan oleh guru untuk membelajarkan siswanya. Suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil baik, jika kegiatan belajar mengajar tersebut dapat membangkitkan proses belajar.
Pembelajaran yang efektif ditandai dengan sifatnya yang menekankan pada pemberdayaan siswa secara aktif. Pembelajaran menekankan pada penguasaan pengetahuan tentang apa yang dikerjakan, tetapi lebih menekankan pada internalisasi, tentang apa yang dikerjakan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan hayati serta dipraktekkan dalam kehidupan oleh siswa. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran efektif merupakan sebuah proses perubahan seseorang dalam tingkah laku dari hasil pembelajaran yang ia dapatkan dari pengalaman dirinya dan dari lingkungannya yang membawa pengaruh, makna dan manfaat tertentu.
A.    Karakteristik Pembelajaran Efektif dan Bermakna
Proses pembelajaran merupakan suatu  proses yang mengandung serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Pada kenyataan yang kita lihat di sekolah-sekolah, seringkali guru terlalu aktif di dalam proses pembelajaran, sementara siswa dibuat pasif, sehingga interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran tidak efektif. Jika proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru, maka efektifitas pembelajaran tidak akan dapat dicapai.
Untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, guru dituntut agar mampu mengelola proses pembelajaran yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau dan mampu belajar. Untuk bisa belajar efektif setiap orang perlu mengetahui apa arti belajar sesungguhnya. Belajar adalah sebuah tindakan aktif untuk memahami dan mengalami sesuatu. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Jadi, proses belajar terjadi jika anak merespon stimulus (rangsangan) yang diberikan guru, selain itu untuk meraih pembelajaran yang efektif peserta didik juga dapat dibimbing oleh guru dari pengetahuan sebelumnya yang mereka miliki yang tersimpan dalam ingatan dan pemikiran mereka (Kognitif) dengan menggunakan teori dan metode pembelajaran dengan tepat. Jika hal itu belum terjadi maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan optimal.

1.    Ciri-ciri Pembelajaran yang Efektif
Pembelajaran dapat berjalan secara efektif apabila mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan sesuai dengan indikator pencapaian. Untuk mengetahui bagaimana memperoleh hasil yang efektif dalam proses pembelajaran, maka sangat penting untuk mengetahui ciri-cirinya yaitu:
a.    Belajar secara aktif baik mental maupun fisik. Aktif secara mental ditunjukkan dengan mengembangkan kemampuan intelektualnya, kemampuan berfikir kritis. Dan secara fisik, misalnya menyusun intisari pelajaran, membuat peta dan lain-lain.
b.    Metode yang bervariasi, sehingga mudah menarik perhatian siswa dan kelas menjadi hidup.
c.    Motivasi guru terhadap pembelajaran di kelas. Semakin tinggi motivasi seorang guru akan mendorong siswa untuk giat dalam belajar.
d.   Suasana demokratis di sekolah, yakni dengan menciptakan lingkungan yang saling menghormati, dapat mengerti kebutuhan siswa, tenggang rasa, memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, menghargai pendapat orang lain.
e.    Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata.
f.     Interaksi belajar yang kondusif, dengan memberikan kebebasan untuk mencari sendiri, sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar pada pekerjaannya dan lebih percaya diri sehingga anak tidak menggantungkan pada diri orang lain.
g.    Pemberian remedial dan diagnosa pada kesulitan belajar yang muncul, mencari faktor penyebab dan memberikan pengajaran remedial sebagai perbaikan, jika diperlukan.
Selain itu ciri pengajaran Efektif juga dapat diketahui dengan:
a.    Berpusat pada siswa
b.    Interaksi eduktaif, Guru-Siswa
c.    Suasana demokratis
d.   Metode yang bervariasi
e.    Bahan belajar bermanfaat
f.     Lingkungan kondusif
g.    Suasana belajar menunjang
B.     Peran Guru dalam Mewujudkan Pembelajaran Efektif dan Bermakna
Terdapat beberapa peran guru dalam pembelajaran tatap muka yang dikemukakan oleh Moon (1998), yaitu sebagai berikut.
1.    Guru sebagai Perancang Pembelajaran (Designer Instruction)
Pihak Departemen Pendidikan Nasional telah memprogram bahan pembelajaran yang harus diberikan guru kepada peserta didik pada suatu waktu tertentu. Disini guru dituntut untuk berperan aktif dalam merencanakan PBM tersebut dengan memerhatikan berbagai komponen dalam sistem pembelajaran yang meliputi :
a.    Membuat dan merumuskan bahan ajar
b.    Menyiapkan materi yang relevan dengan tujuan, waktu, fasilitas, perkembangan ilmu, kebutuhan dan kemampuan siswa, komprehensif, sistematis, dan fungsional efektif.
c.    Merancang metode yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa.
d.   Menyediakan sumber belajar, dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator dalam pengajaran.
e.    Media, dalam hal ini guru berperan sebagai mediator dengan memerhatikan relevansi (seperti juga materi), efektif, efisien, kesesuaian dengan metode, serta pertimbangan praktis.

Jadi dengan waktu yang sedikit atau terbatas tersebut, guru dapat merancang dan mempersiapkan semua komponen agar berjalan dengan efektif dan efisien. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang cukup memadai tentang prinsip-prinsip belajar, sebagai landasan dari perencanaan.

2.    Guru sebagai Pengelola Pembelajaran (Manager Instruction)
Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Selain itu guru juga berperan dalam membimbing pengalaman sehari-hari ke arah pengenalan tingkah laku dan kepribadiannya sendiri. Salah satu ciri manajemen kelas yang baik adalah tersedianya kesempatan bagi siswa untuk sedikit demi sedikit untuk mengurangi ketergantungannya pada guru hingga mereka mampu membimbing kegiatannya sendiri.
Sebagai manajer, guru hendaknya mampu mempergunakan pengetahuan tentang teori belajar mengajar dari teori perkembangan hingga memungkinkan untuk menciptakan situasi belajar yang baik, mengendalikan pelaksanaan pengajaran dan pencapaian tujuan.
Berikut ini adalah beberapa hal yang harus dilakukan guru dalam kaitannya dengan memotivasi siswa belajar (Wright, 1991).
a.      Menunjukkan Sikap yang Positif terhadap Siswa.
Guru hendaknya menanggapi secara positif setiap pertanyaan atau pernyataan yang diajukan siswa bagaimana pun bentuknya. Dengan adanya tanggapan positif dari guru terhadap pertanyaan atau pendapat yang diajukan, paling tidak siswa tidak akan ragu-ragu mengemukakan pendapatnya sehingga siswa akan terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.
b.      Memberikan Tugas atau Kegiatan yang Bermakna, Sesuai, dan Menarik bagi Siswa.
Tugas atau kegiatan yang sesuai dengan tujuan dan materi pelajaran akan membentuk keyakinan siswa bahwa mereka akan berhasil melaksanakan tugas apabila mereka bersungguh-sungguh. Selain itu, tugas atau kegiatan yang dilksanakan hendaknya berkaitan dengan penerapan pengetahuan dan keterampilan yang baru untuk memecahkan suatu masalah.
c.       Menunjukkan Semangat Belajar
Guru yang menunjukkan kehangatan dan keantusiasan dalam mengajar akan memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan. Kehangatan dan keantusiasan guru akan menjadikan kegiatan pembelajaran lebih efektif.
d.      Menerapkan Disiplin secara Fleksibel sehingga Tercipta Situasi Pembelajaran yang Efektif
Guru dapat memberi kebebasan kepada siswa untuk melakukan tugas belajarnya asal tidak mengganggu siswa lain atau kelas lain yang sedang belajar.
e.       Memberikan Kesempatan kepada Siswa untuk Terlibat Aktif Dalam Berbagai Kegiatan yang Menuntut Komunikasi Antar-Siswa dan Melakukan Kerja Sama
Kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa berinteraksi satu sama lain dadalah kegiatan kelompok. Dalam kegiatan kelompok, pengalaman siswa merupakan sumber yang penting, yang tidak hanya berguna dalam memecahkan suatu masalah tetapi juga dapat meningkatkan kepuasan siswa.
f.       Memberikan Kesempatan kepada Siswa untuk Menilai Diri Sendiri
Dengan menilai diri sendiri siswa akan termotivasi untuk bekerja lebih giat karena mereka dapat menilai diri sendiri apakah dia telah berhasil atau belum.
g.      Memberikan Balikan Positif terhadap Hasil Kerja Siswa
Apabila kita memberikan tugas atau pekerjaan kepada siswa, kita harus memberikan komentar terhadap hasil kerja siswa. Guru hendaknya memberikan penjelasan yang menguatkan terhadap hasil kerja siswa yang benar dan penjelasan yang mengoreksi hasil kerja siswa yang salah. Dengan mengetahui bahwa pekerjaannya benar, siswa akan merasa dihargai. Sedangkan balikan terhadap kesalahannya akan menambah motivasi siswa untuk memperbaiki kesalahannya.
h.      Memberikan Kesempatan kepada Siswa untuk Memperoleh Kebanggan dari Hasil Kerjanya
Setiap siswa mengharapkan adanya pengakuan positif terhadap hasil kerja mereka. Oleh karena itu, guru hendaknya memberikan penghargaan terhadap siswa yang berhasil melakukan tugas belajarnya. Pengakuan terhadap siswa dapat dilakukan dengan memajang hasil kerja siswa di dinding. Dengan melihat hasil kerjanya, siswa akan merasa bangga bahwa hasil kerjanya dihargai. Memperoleh pengakuan umum memberikan rasa aman pada diri siswa dan penguatan yang membantu siswa memandang dirinya bahwa dirinya mampu.

3.    Guru sebagai Pengaruh Pembelajaran
Hendaknya guru senantiasa berusaha menimbulkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar. Dalam hubungan ini guru mempunyai fungsi sebagai motivator dalam keseluruhan kegiatan belajar mengajar. Empat hal yang dapat dikerjakan guru dalam memberikan motivasi (Dr Hamzah B.Uno :23) adalah sebagai berikut:  (1) membangkitkan dorongan siswa untuk belajar;  (2) menjelaskan secara konkret, apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran; (3) memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai hingga dapat merangsang pencapaian prestasi yang lebih baik dikemudian hari; (4) membentuk kebiasaan belajar yang baik.
Untuk mengaktifkan siswa dalam belajar, guru hendaknya melibatkan siswa dalam pembelajaran baik melalui kegiatan tanya jawab maupun melalui kegiatan kelompok, diskusi atau kerja kelompok. Dalam kegiatan semacam ini,  guru dituntut berperan sebagai pengarah(moderator). Sebagai moderator, guru hendaknya melakukan hal-hal berikut.
a.         Memusatkan perhatian pada tujuan pembelajaran.
Kegiatan yang dapat dilakukan guru untuk memusatkan perhatian siswa, diantaranya:
1)      menyampaikan tujuan pada awal kegiatan;
2)      menandai dengan cermat perubahan-perubahan yang terjadi dalam pembahasan atau kegiatan kelompok. Apabila terjadi penyimpangan, guru hendaknya mengarahkan siswa agar kembali ke tujuan semula serta
3)      merangkum hasil pembahasan atau diskusi/kerja kelompok pada tahap-tahap tertentu sebelum dilanjutkan pada pembahasan atau tugas berikutnya.
b.         Memberikan kesempatan berpartisipasi
Agar pembahasan atau kegiatan kelompok merupakan hasil semua siswa, setiap siswa harus terlibat dan mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan atau menjawab pertanyaan. Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Usaha yang dapat dilakukan guru untuk menyebarkan kesempatan berpartisipasi diantaranya:
1)      memancing urunan siswa yang pendiam dengan mengajukan pertanyaan yang langsung ditujukan kepada siswa tersebut secara bijaksana;
2)      mencegah terjadinya pembicaraan serentak;
3)      mencegah secara bijaksana siswa yang suka memonopoli pembicaraan atau kegiatan; dan
4)      mendorong siswa untuk saling mengomentari pendapat siswa lain.

4.    Guru sebagai Evaluator (Evaluator of Student Learning)
Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran oleh siswa, guru hendaknya melakukan evaluasi. Melaksanakan evaluasi merupakan tugas guru sebagai penilai atau elevator. Penilaian ini tidak hanya dilakukan terhadap penguasaan siswa terhadap materi yang dipelajari tetapi juga terhadap proses belajar yang telah dilakukan siswa. Apakah siswa telah benar-benar belajar. Menilai kemampuan siswa tidak hanya dilakukan melalui tes, tetapi juga dapat melalui tugas atau pekerjaan rumah.
            Melalui evaluasi ini, guru dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan pedoman dalam mengembangkan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran selanjutnya. Tujuan utama penilaian adalah untuk melihat tingkat keberhasilan, efektifitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran. Selain itu untuk mengetahui kedudukan peserta dalam kelas atau kelompoknya. Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar peserta didik, guru hendaknya secara terus-menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai peserta didik dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini akan menjadi umpan balik terhadap proses pembelajaran. Umpan balik akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran selanjutnya. Dengan demikian proses pembelajaran akan terus menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.

5.    Guru sebagai Konselor
Sesuai dengan peran guru sebagai konselor adalah ia diharapkan akan dapat merespon segala masalah tingkah laku yang terjadi dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus dipersiapkan agar (1) dapat menolong peserta didik memecahkan masalah-masalah yang timbul antara peserta didik dengan orang tuanya; (2) bisa memperoleh keahlian dalam membina hubungan yang manusiawi dan dapat mempersiapkan untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan bermacam-macam manusia.
Pada akhirnya, guru akan memerlukan pengertian tentang dirinya sendiri, baik itu motivasi, harapan, prasangka ataupun keinginannya. Semua hal itu akan memberikan pengaruh pada kemampuan guru dalam berhubungan dengan orang lain terutama siswa.

6.    Guru sebagai Pelaksana Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat pengalaman belajar yang akan didapat oleh peserta didik selama ia mengikuti suatu proses pendidikan. Secara resmi kurikulum sebenarnya merupakan sesuatu yang diidealisasikan atau dicita-citakan (Ali, 1985: 30). Keberhasilan dari suatu kurikulum yang ingin dicapai sangat bergantung pada faktor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru. Artinya guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam mewujudkan segala sesuatu yang telah tertuang dalam suatu kurikulum resmi. Bahkan pandangan mutakhir menyatakan bahwa meskipun suatu kurikulum itu bagus, namun berhasil atau gagalnya kurikulum tersebut pada akhirnya terletak di tangan pribadi guru.
Sedangkan peranan guru dalam pembinaan dan pengembangan kurikulum secara aktif (Dr.H.Hamzah B.Uno: 26) antara lain yaitu: (1) perencanaan kurikulum; (2) pelaksanaan di lapangan; (3) proses penilaian; (4) pengadministrasian; (5) perubahan kurikulum.

7.    Guru dalam Pembelajaran yang Menerapkan Kurikulum Berbasis Lingkungan
Peranan guru dalam kurikulum berbasis lingkungan tidak kalah aktifnya dengan peserta didik. Sehubungan dengan tugas guru untuk mengaktifkan peserta didik dalam belajar, maka seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang memadai. Pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang dituntut dari guru dalam proses pembelajaran yang memiliki kadar pembelajaran tinggi dadasarkan atas posisi dan peranan guru, tugas dan tanggung jawab sebagai pengajar yang profesional.
Posisi dan peran guru yang dikaitkan dengan konsep pendidikan berbasis lingkungan dalam proses pembelajaran (Dr. H. Hamzah.B.Uno 2007: 27), dimana guru harus menempatkan diri sebagai:
  1. Pemimpin belajar, dalam arti guru sebagai perencana, pengorganisasi pelaksana, dan pengontrol kegiatan belajar peserta didik.
  2. Fasilitator belajar, guru sebagai pemberi kemudahan kepada peserta didik dalam melakukan kegiatan belajarnya melalui upaya dalam berbagai bentuk.
  3. Moderator belajar, guru sebgai pengatur arus kegiatan belajar peserta didik. Selain itu guru bersama peserta didik harus menarik kesimpulan atau jawaban masalah sebagai hasil belajar peserta didik, atas dasar semua pendapat yang telah dibahas dan diajukan peserta didik.
  4. Motivator belajar, guru sebagai pendorong peserta didik agar mau melakukan kegiatan belajar. Sebagai motivator guru harus dapat menciptakan kondisi kelas yang merangsang peserta untuk mau melakukan kegiatan belajar, baik individual maupun kelompok.
  5. Evaluator belajar, guru sebagai penilai yang objektif dan komprehensif. Sebagai evaluator guru berkewajiban mengawasi, memantau proses pembelajaran peserta didik dan hasil belajar yang dicapainya. Guru juga berkewajiban melakukan upaya perbaikan proses belajar peserta didik, menunjukkan kelemahan dan cara memperbaikinya, baik secara individual, kelompok, maupun secara klasikal.

Ø  METODE PEMBELAJARAN EFEKTIF

A.    METODE GENIUS LEARNING
            Genius learning adalah sebuah model pembelajaran yang dikemas sedemikian rupa yang menggunakan pengetahuan yang berasal dari berbagai disiplin ilmu seperti pengetahuan tentang cara kerja otak, cara kerja memori, neuro-linguistic programming, motivasi, konsep diri, kepribadian, emosi, perasaan, pikiran, metakognisi, gaya belajar, multiple intelligences atau kecerdasan majemuk, teknik memori, teknik membaca, teknik mencatat, dan teknik belajar lainnya.
Dasar Genius Learning adalah accelerated learning atau cara belajar yang dipercepat. Di luar negeri, model pembelajaran ini dikenal dengan beragam nama, seperti  Accelerated Learning, Quantum Learning, Quantum Teaching, Super Learning, Efficient and Effective Learning.
Pada intinya, tujuan berbagai model ini sama, yaitu bagaimana membuat proses pembelajaran menjadi efisien, efektif, dan menyenangkan. Lalu apa perbedaan antara Genius Learning dengan lainnya? Genius Learning, perbedaannya adalah bahwa Genius Learning telah memasukkan dan mempertimbangkan kondisi masyarakat Indonesia secara umum, kebudayaan bangsa yang sangat beragam, kondisi sosial ekonomi, sistem pendidikan nasional dan tujuan pendidikan yang utama, yaitu menyiapkan anak-anak Indonesia untuk bisa menjalani hidupnya dengan berhasil setelah mereka meninggalkan sekolah formal dan masuk ke Universitas Kehidupan.
B.     METODE THINK TALK WRITE (TTW)
Secara etimologi think talk write dalam kamus john. Echol,  think diartikan dengan "berfikir"  talk diartikan “berbicara“ sedangkan write diartikan sebagai  "menulis". Jadi think talk write  bisa diartikan sebagai berpikir, berbicara, dan menulis. Sedangkan strategi think talk write adalah sebuah pembelajaran yang di mulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi), hasil bacaannya di komunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian membuat laporan hasil presentasi. Sintaknya adalah informasi, kelompok (membaca-mencatat-menandai), presentasi, diskusi, melaporkan. Teknik TTW diperkenalkan oleh Huinker dan Laughin (dalam Ansari, 2003:36). Teknik  ini pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis.
Suatu strategi pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah strategi think-talk-write (TTW). Strategi yang diperkenalkan oleh Huinker & Laughlin (1996: 82) ini pada dasarnya dibangun melalui berfikir, berbicara, dan menulis. Alur kemajuan strategi TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam berfikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum menulis. Suasana seperti ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen dengan 3-5 siswa. Dalam kelompok ini siswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengarkan dan membagi ide bersama teman kemudian mengungkapkannya melalui tulisan.
Aktivitas berfikir (think) dapat dilihat dari proses membaca suatu teks matematika atau berisi cerita matematika kemudian membuat catatan apa yang telah dibaca. Dalam tahap ini siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian), membuat catatan apa yang telah dibaca, baik itu berupa apa yang diketahuinya, maupun langkah-langkah penyelesaian dalam bahasanya sendiri.
Setelah tahap “think” selesai dilanjutkan dengan tahap berikutnya “talk” yaitu berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Fase berkomunukasi (talk) pada strategi ini memungkinkan siswa untuk terampil berbicara. Menurut Huinker & Laughlin dalam Martinis (2008:86), pada umunya berkomunikasi dapat berlangsung alami, tatapi menulis tidak.
Proses komunikasi dipelajari siswa melalui kehidupannya sebagai individu yang berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Secara alami dan mudah proses komunikasi dapat dibangun di kelas dan dimanfaatkan sebagai alat sebelum menulis. Pemahaman dibangun melalui interaksinya dalam diskusi. Diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas masalah yang diberikan.
Diskusi pada fase talk ini merupakan sarana untuk mengungkapkan dan merefleksikan pikiran siswa. Pada tahap talk, tugas guru adalah sebagai fasilitator dan motivator. Sebagai fasilitator guru senantiasa harus memberi arahan dan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan terutama dalam hal materi, baik itu diminta maupun tidak diminta.
Sebagai motivator, guru senantiasa memberi dorongan kepada siswa yang merasa kurang percaya diri terhadap hasil pekerjaannya dan atau kelompok siswa yang mendapatkan jalan buntu untuk menemukan suatu jawaban. Guru juga harus bisa memotivasi siswa yang dalam kegiatan diskusi kurang aktif atau malah sangat pasif. Guru harus memberikan semangat kepada siswa yang bersangkutan bahwa kegiatan diskusi yang sedang berlangsung adalah penting untuk dijalani, supaya mereka dapat memahami sendiri.
Fase ”write” yaitu menuliskan hasil diskusi/pada lembar kerja yang disediakan (LKS). Aktivitas menulis berarti mengkonstruksi ide, karena setelah berdiskusi antar teman dan kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Menulis dalam matematika membantu merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran, yaitu pemahaman siswa tentang siswa tentang materi yang dipelajari (Martinis Yamin, 2008: 87). Aktivitas menulis akan membantu siswa dalam membuat hubungan dan juga memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa. Aktivitas menulis siswa bagi guru dapat memantau kesalahan siswa, miskonsepsi, dan konsepsi siswa terhadap ide yang sama.
Aktivitas siswa selama tahap (write) ini adalah :
1.      Menulis solusi terhadap masalah/pertanyaan yang diberikan termasuk perhitungan.
2.      Mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah, baik penyelesaiannya ada yang menggunakan diagram, grafik, ataupun tabel agar mudah dibaca dan ditindaklanjuti.
3.      Mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada pekerjaan ataupun perhitungan yang ketinggalan.
4.      Menyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik yaitu legkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya (Martinis Yamin, 2008: 87-88).

Tahap terakhir dari strategi TTW adalah presentasi. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat berbagi pendapat dalam ruang lingkup yang lebih besar yaitu dengan teman satu kelas. Presentasi ini disampaikan oleh salah seorang perwakilan kelompok yang dilakukan di depan kelas, setelah sebelumnya siswa yang bersangkutan menuliskan jawaban kelompoknya di papan tulis. Setelah selesai presentasi, kemudian dibuka forum tanya jawab dimana semua siswa berhak mengajukan pertanyaan dan atau pendapat yang sifatnya mendukung jawaban ataupun menyanggah jawaban temannya yang presentasi. Setelah tanya jawab selesai, dilakukan sebuah penyimpulan bersama tentang materi yang dipelajari.
C.     METODE INKUIRI / INQUIRY

Metode mengajar yang diterapkan dalam suatu pengajaran dikatakan efektif jika menghasilkan sesuatu yang diharapkan atau dengan kata lain tujuan tercapai. Metode mengajar dapat dikatakan efisien jika penerapannya menghasilkan sesuatu yang diharapkan itu relatif menggunakan tenaga, usaha, pengeluaran biaya, dan waktu minimum atau semakin kecil tenaga, usaha, pengeluaran biaya, dan waktu yang dikeluarkan semakin efisien. Menurut Uzer Usman ( 1993:124 ) Metode Inkuiri adalah “suatu cara menyampaikan pelajaran dengan penelaahan sesuatu yang bersifat mencari secara kritis, analisis dan argumentative ( Ilmiah ) dengan menggunakan langkah – langkah tertentu menuju kesimpulan.
Menurut Sri Anita W (2001:1-4) metode Inkuiri merupakan metode Discovery  artinya suatu proses mental yang lebih tingkatannya”. Upaya mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan yang dibutuhkan iswa untuk membantu memecahkan masalah dengan memberikan pertanyaan – Pertanyaan yang memperoleh jawaban atas dasar rasa ingin tahu merupakan bagian proses Inquiry. Kerterlibatan aktif secara mental dalam kegiatan belajar yang sebenarnya.  Inquiry secara koperatif memperkaya cara berpikir siswa dan mendorong mereka hakekat timbulnya pengetahuan tentative dan berusaha menghargai penjelasan.
Pendekatan inquiry merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah, pendekatan ini menempatkan lebiih banyak belajar sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam menyelesaikan masalah. Siswa betul – betul ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pendekatan Inquiry adalah pembimbing belajar dan fasilitator belajar. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh siswa sendiri. 
Pendekatan inquiry dalam mengajar termasuk pendekatan modern, yang sangat didambakan untuk dilaksanakan disetiap sekolah. Kegiatan ini dilakukan saat tatap muka atau pada saat tatap muka atau saat kegiatan bukan komunikasi satu arah atau komunikasi sebagai peran aksi. Pendekatan inkuiri dalam pembelajaran dapat lebih membiasakan kepada anak untuk membuktikan sesuatu mengenai materi pelajaran yang sudah dipelajari. Dengan menggunakan pendekatan inkuiri ini perkembangan kognitif siswa lebih terarah dan dalam kehidupan sehari – hari dapat diaplikasikan secara motorik.
Supaya guru dapat melakukan peranannya secara efektif maka pengenalan kemampuan siswa sangat diperlukan, terutama cara berpikirnya, cara mereka menanggapi, dan sebagainya. Peserta didik menemukan sendiri pola – pola dan struktur melalui sederetan pengalaman belajar. Peserta didik diwajibkan melakukan aktivitas mental sebelum keterangan yang dipelajari itu dimengerti. Funsi pengajaran disini untuk mengarahkan peserta didik mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.
Langkah – langkah dalam proses inquiri Menurut E. Mulyasa ( 2006:235 ) adalah sebagai berikut :
·         Guru memberikan penjelasan, instruksi atau pertanyaan terhadap materi yang diajarkan. Sebelum memulai pelajaran guru – guru harus memahami sejauh mana peserta didik memiliki persepsi terhadap materi tersebut. Kemudian guru dan peserta didik bersama sama membandingkan  persepsi dengan berbagai pendapat atau teori yang sudah ada.
·         Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk membaca atau menjawab pertanyaan serta pekerjaan rumah.
·         Guru memberikan penjelasan terhadap persoalan yang mungkin membingungkan peserta didik.
·         Resitasi untuk menanamkan fakta-fakta yang telah mereka pelajari agar dapat dipahami.
·         Guru memberikn penjelasan informasi sebagai pelengkap dan ilustrasi terhadap data yang telah disajikan.
·         Mendiskusikan aplikasi dan melakukan sesuai dengan informasi tersebut.
·         Merangkum dalam bentuk rumusan sebagai kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Kelebihan metode inkuiri sebagai berikut:
1.      Siswa aktif dalam belajar.
2.      Membangkitkan motivasi belajar siswa.
3.      Siswa memahami benar bahan pelajaran.
4.      Menimbulkan rasa puas bagi siswa dan menambah kepercayaan pada diri sendiri sebagai penemu.
5.      Siswa akan dapat mentransfer pengetahuannya dalam berbagai konteks
6.      Melatih siswa belajar mandiri

Kelemahan metode inkuiri sebagai berikut:
1.      Menyita waktu yang banyak.
2.      Cara belajar ini diperlukan adanya kesiapan mental.
3.      Tidak semua siswa dapat melakukan penemuan.
4.      Tidak berlaku untuk semua topic.
5.      Metode ini kurang berhasil utnuk mengajar kelas yang besar karena sangat merepotkan guru.

D.    METODE EXAMPLE NON EXAMPLE
a.   Pengertian

Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa di sebut example and non-example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran.  Metode Example non Example adalah metode yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar.
Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menenkankan aspek psikoligis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah seperti :
·         kemampuan berbahasa tulis dan lisan
·         kemampuan analisis ringan, dan
·         kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya

Model Pembelajaran Example Non Example menggunakan gambar dapat melalui OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas.




b.   Ciri-ciri Metode Example non example

Metode Example non Example juga merupakan metode yang mengajarkan pada siswa untuk belajar mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri.
Example and Nonexample adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non-example dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada.
Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan
non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas.

Metode Example non Example penting dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-example diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada.

c.   Kelebihan dan Kekurangan. 

Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode Example non Example antara lain:
Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek.
Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari Example non Example
Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat

Beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.

Ø  Kebaikan:
·         Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
·         Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
·         Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Ø  Kekurangan:
·         Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
·         Memakan waktu yang lama.

 d.   Langkah-langkah :

1.      Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
2.      Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
3.      Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk      memperhatikan/menganalisa gambar
4.      Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat    pada kertas
5.      Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
6.      Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai
7.      Kesimpulan

E.     METODE MIND MAPPING
1.   PENGERTIAN
Mind mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita akan pergi dan dimana kita berada.
Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat biasa..Mind mapping, disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah salah satu cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa belajar. Mind mapping bisa juga dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif.Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan mind mapping ini membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif akan lebih mudah membuat mind mapping ini. Begitu pula, dengan semakin seringnya siswa membuat mind mapping, dia akan semakin kreatif.
Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah mind map memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral tersebut. Mind Mapping sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan membuat asosiasi di antara ide tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti diagram pohon dan percabangannya memudahkan untuk mereferensikan satu informasi kepada informasi yang lain.
Mind mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya, menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan. Dengan metode mind mapping siswa dapat meningkatkan daya ingat hingga 78%.
Cara membuat mind mapping, terlebih dahulu siapkan selembar kertas kosong yang diatur dalam posisi landscape kemudian tempatan topik yang akan dibahas di tengah-tengah halaman kertas dengan posisi horizontal. Usahakan menggunakan gambar, simbol atau kode pada mind mapping yang dibuat. Dengan visualisasi kerja otak kiri yang bersifat rasional, numerik dan verbal bersinergi dengan kerja otak kanan yang bersifat imajinatif, emosi, kreativitas dan seni. Dengan ensinergikan potensi otak kiri dan kanan, siswa dapat dengan lebih mudah menangkap dan menguasai materi pelajaran.
Selain itu, siswa dapat menggunakan kata-kata kunci sebagai asosiasi terhadap suatu ide pada setiap cabang pemikiran berupa sebuah kata tunggal serta bukan kalimat. Setiap garis-garis cabang saling berhubungan hingga ke pusat gambar dan diusahakan garis-garis yang dibentuk tidak lurus agar tidak membosankan. Garis-garis cabang sebaiknya dibuat semakin tipis begitu bergerak menjauh dari gambar utama untuk menandakan hirarki atau tingkat kepentingan dari masing-masing garis.
Model pembelajaran Mind Mapping sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban. Dipergunakan dalam kerja kelompok secara berpasangan ( 2 orang ).


Langkah-langkah pembelajarannya :
1.      Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2.      Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
3.      Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
4.      Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
5.      Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
6.      Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang kiranya belum dipahami siswa.
7.      Kesimpulan/penutup.

2.      Prinsip Dasar Mind Mapping
Mind Mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan dengan menggunakan kata kunci bebas, simbol, gambar, dan menggambarkan secara kesatuan dengan menggunakan teknik pohon.

3.      Kelebihan dan Kekurangan mind mapping
Beberapa manfaat memiliki mind maping antara lain :
a.       Merencana
b.      Berkomunikasi
c.       Menjadi Kreatif
d.      Menghemat Waktu
e.       Menyelesaikan Masalah
f.       Memusatkan Perhatian
g.      Menyusun dan Menjelaskan Fikiran-fikiran
h.      Mengingat dengan lebih baik
i.        Belajar Lebih Cepat dan Efisien
j.        Melihat gambar keseluruhan

Ada beberapa kelebihan saat menggunakan teknik mind mapping ini, yaitu :
a.       Cara ini cepat
b.      Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala anda
c.       Proses mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.
d.      Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.

Kekurangan model pembelajaran mind mapping:
a.       Hanya siswa yang aktif yang terlibat
b.      Tidak sepenuhnya murid yang belajar
c.       Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan

F.      METODE EKSPOSITORI

Metode pembelajaran ekspositori merupakan metode pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan lebih dahulu, defenisi, prinsip dan konsep materi pembelajaran serta memberikan contoh – contoh latihan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, penugasan dan tanya jawab sedangkan siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan metode ekspositori merupakan metode pembelajaran mengarah tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung. Metode ekspositori sering disamakan dengan metode ceramah, karena sifatnya sama – sama memberikan informasi.
Soemantri (2001:45) membedakan metode ekspositori dan metode ceramah, mengingat dominasi guru dalam metode ekpositori banyak dikurangi. Guru tidak terus bicara, informasi informasi diberikan pada saat atau bagian – bagian yang diperlukan, seperti awal pelajaran. Menjelaskan konsep dan prinsip baru pada saat memberikan contoh kasus dilapangan.
Menurut Herman Yudoyo (1979:133) “Bahwa ekspositori adalah suatu cara untuk menyampaikan gagasan atau ide dalam memberikan info dengan lisan atau tulisan”. Selanjutnya Dimyati dan Mujiono (1999:172) “menyatakan bahwa metode ekspositori adalah memindahkan pengetahuan, keterangan dan nilai kepada siswa”.
Menurut Wahyudin (2004), dalam pembelajaran dengan strategi ekspositori guru cenderung menggunakan kontrol proses pembelajaran dengan aktif, sementara siswa relatif pasif menerima dan mengikuti apa yang disajikan oleh guru. Pembelajaran ekspositori ini merupakan proses pembelajaran yang lebih berpusat pada guru (“teacher center”), guru menjadi sumber pemberi informasi utama meskipun dalam strategi pembelajarannya digunakan metode selain ceramah dan dilengkapi atau didukung dengan penggunaan media, penekanannya pada proses penerimaan pengetahuan (materi pelajaran) bukan pada proses pencarian konstruksi pengetahuan.
Peranan guru dalam metode ekspositori merupakan pembimbing program pelajaran karena merupakan programmer. Guru harus melihat program pelajaran yang telah ditetapkan untuk dijelaskan dan siswa harus dapat menguasainya. Guru merupakan sumber data yang penting dan merupakan komponen pemindah antara sumber pengajaran dengan siswa. Peranan guru ialah membimbing siswa untuk mendapatkan informasi yang benar, yang merupakan bagian dari kurikulum yang dipersyaratkan.
Siswa diharapkan dapat memenuhi persyaratan oleh guru. Peranan siswa dalam metode ekspositori sering digambarkan secara kurang tepat, siswa dianggap pasif. Sebenarnya peranan siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran ekspositori seperti membaca materi, mengerjakan tugas, mencari jawaban yang benar. Namun mereka diarahkan untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh guru.
Kelebihan dari metode ekspositori adalah :
·         Dapat menampung kelas besar.
·         Bahan pelajaran yang diberikan secara urut oleh guru.
·         Guru dapat menentukan tiap tiap hal yang dianggap penting.
·         Guru dapat memberikan penjelasan – penjelasan yang dari setiap pelajaran.
Kekurangan dari metode ekspositori adalah sebagai berikut :
·         Pada metode ini tidak menemukan penonjolan aktivitas fisik seperti aktivitas mental siswa.
·         Kegiatan terpusat pada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran)
·         Pengetahuan yang didapat dari metode ekspositori cepat hilang



0 komentar:

Post a Comment

Silahkan berkomentar sesuai artikel diatas