Monday 19 September 2016

kumpulan cerpen

Kemunafikan Hati

Judul Cerpen Kemunafikan Hati
Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Patah Hati, Cerpen Penyesalan
Lolos moderasi pada: 18 September 2016
Aku mencoba untuk tidak mengenal cinta kembali, rasa perih yang masih tertinggal membuat aku merasa malas jika harus membahas tentang cinta.
Namaku Ina, kisah ini berawal ketika aku masih duduk di kelas 2 Sma. Aku adalah anak yang biasa saja, aku tidak pintar seperti anak-anak lainnya. Namun aku belajar aktif di organisasi pramuka ya… karena pramuka lah aku mengenalnya. Seseorang yang sangat aku kasihi. Dia anak yang baik dan dia adalah adik kelasku yang sekolahnya cukup jauh dari rumahku. Butuh waktu sekitar 4 jam untuk menuju ke sana. Sebut saja namanya Tama.
Pada awal aku mengenal Tama semua terasa biasa saja tidak ada yang berbeda dari apa yang aku rasa, namun dengan berjalannya waktu semuanya berubah. Terasa begitu lama waktu yang kujalani tampa kabar darinya. Bagai siput mendaki gunung. Semua menyiksa hati ini, jujur saja aku malu mengakuinya.
Hingga suatu hati Tama mengungkapkan perasaannya lewat telepon karena tidak memungkinkan jika kami harus bertemu. “aku sayang sama kamu, aku ingin kamu jadi pelengkap cerita hidup aku. jujur perasaan ini telah lama aku simpan sejak pertama kali kita bertemu di bumi perkemahan, aku sadar saat itu kamu tak lagi sendiri. Saat ini aku benar benar tak mampu lagi harus terus bersembuyi di balik drama ini karena aku sangat menyayangimu. Apa kamu mau jadi pendamping ku?” semua terasa begitu indah, bagai kupu-kupu yang menemukan bunga mawar yang sedang bermekaran.
Sejak saat itu lah aku memiliki hubungan spesial dengannya. Semuanya berubah setelah 1 bulah hubungan kami. Tama jarang memberi kabar padaku, sebagai gadis kecil yang normal aku sangat merindukannya. Lagi-lagi harus aku katakan aku malu mengakui perasaan ini.
Pada ahirnya aku menepis semua gengsi ini, aku memilih menghubungi dan meneleponnya untuk menanyakan kejelasan hubungan kami. “kemana aja udah lama gak ada kabar? udah lupa apa sama saya?” kataku meluapkan rasa kesal ku “maaf sayang, sayang sendiri tau aku lagi melatih anak anak paskib di sekolah jadi belum bisa standby dengan hp. Maafin aku ya kesayanganku.” jawabnya santai. Aku tak bisa menahan rasa rinduku. Ingin sekali aku kata kan padanya “bahwa aku sangat merindukannya” namun kata-kata itu hanya tersimpan di dalam bilik hatiku dan yang sangat aku sesali aku mengatakan bahwa aku capek dengan hubungan kami. “teserah!!! intinya jika telah bosan ya ngomong gak usah bertele tele aku capek jika harus kayak gini terus” kataku cuek “sayang jangan gitu si. Aku minta maaf, aku ingin kita selalu bersama tidak berhenti karena hal sepele seperti ini. Aku mohon kasih aku kesempatan satu kali lagi” katanya memohon padaku “oke. tapi inget cuman satu kali lagi” Aku berkata seketus itu walau ada berjuta keinginan di dalam benak ini namun lagi lagi rasa malu mengalahkan semuanya.
Keesokkan harinya bagai petir yang mengenai ubun-ubun, ternyata Tama telah memilih mengakhiri kisah kami dan pergi jauh mengebara mencari cinta sejatinya dan tentunya bukan aku. “mungkin benar kata kamu lebih baik kita akhiri hubungan ini karena aku gak mau kita saling menyakiti, mungkin ini semua bisa buat kamu lebih bahagia. Maafin aku yang gak bisa ngelakuin apa yang kamu mau. Semoga kamu dapetin seseorang yang lebih baik dari aku, sekali lagi aku minta maaf belum bisa buat kamu bahagia” smsnya padaku. Ingin sekali aku katakan aku tidak mau, namun aku malu mengakui perasaanku dan kubiarkan Tama pergi walau hati bagi diiris sembilu.
Aku menyesali segala yang terjadi, kusesali kesalahanku yang tak berani mangakui bahwa aku sangat menyayanginya dan aku takut kehilangannya. Jika waktu dapat terulang kembali akan kukatakan padanya bahwa AKU SANGAT MENCINTAINYA DAN AKU INGIN DIA MENJADI PENDAMPING HIDUPKU, namun percuma nasi telah menjadi bubur dan tak mungkin akan terulang kembali karena dia telah bahagia di sana.
Cerpen Karangan: Mentari Senja
Facebook: lina sari hilmadi

sumber : http://cerpenmu.com/cerpen-penyesalan/kemunafikan-hati.html

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan berkomentar sesuai artikel diatas